Kamis, 21 Januari 2010

mimpi (fadli)

syuut. .brug. . ,Aww. .! aku terjatuh dari tempat tidur, ternyata smua hanya mimpi. .
lagi-lagi mimpi ini, kenapa selalu begini. akankah ku tak bisa lalui smua ini. sambil menggerutu ku kembali ke ranjang, berbaring sambil memikirkan mimpi yg baru saja terjati. akankah malam-malam ku akan selalu begini? terikat mimpi-mimpi semu yg sebenarnya hanyalah buah dari hayalan ku sendiri.
sesalu aku bermimpi menjadi orang borjunis, memakai baju mahal, membawa HP elit, mengendarai kendaraan mewah. tertawa terbahak-bahak melihat orang-orang miskin yang meminta uang recehan kepada ku dengan nada yang sangat memelas. segera ku keluarkan uang 100 ribu, namun sebelum sampai ke tangannya ku tarik uang itu dan ku lempar uang 500 rupiah kepadanya. hahaha, aku tertawa.
aku kembali tersentak, kali ini genting yg bocor mencucurkan air kepada ku. hujan yg semakin lebat membuat rumahku terasa semakin dingin karena dindingnya hanya rangkaian bambu yg tersusun. dan selimut kumal ku tak sanggup menutupi seluruh tubuh ku.
aku mulai meng hayal lagi, ku merasa tubuh ku di peluk wanita yg sangat ku cintai, lalu tak terasa aku telah berbincang terlalu lama berbincang hingga kami lelah dan tertidur bersama dalam dekapan cinta.
duar. . ., suara petir menyambar dan kembali mengoyak smua hayalan ku. ku tutup telingaku dan mencoba tuk tertidur tuk ke sekian kalinya.
kali ini aku tak bisa berangan-angan lagi, teringat oleh ku bentakan mandor ku saat aku merusakkan alat bangunan dan akhirnya aku di pecat, teringat wajah Nita wanita idaman ku yg menolak ku mentah-mentah bahkan menghina ku karena aku miskin, teringan akan kegarangan Pak Anto yang akan menagih utangku besok.
kepala ku pusing, mungkin rumah kecil pemberian orang tua ku ini harus ku jual juga, tapi aku akan tinggal di mana? aku semakin pusing. obat yg ku utang dari warung kemarin tak memberikan efek apapun.
kini ku benar-benar memejamkan mata. berharap besok kan terjadi ke ajaiban yg bisa merubah nasib ku. tubuhku semakin lemas, nafas ku semakin sesak saja, semakin sesak, semakin jarang. dan akhirnya. . . .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar