Minggu, 07 November 2010

mendung di sore hari

tertunduk di samping pintu menhadap utara
memandangi tumpukan besi dan beton yang beradu sedu
merasakan tiap hembusan angin mendung
meratapi tiap bait puisi yang ku gores

sampah berserakan bersama kotoran terbang
terjatuh dan tertimbun di gundukan tanah
disini aku sendiri menanti sore kelabu
memburai untaian kata pilu

mata hati tlah sakit tak terobati
terbakar api takdir
pitam, kelam, menyedihkan
dan senyum terkembang penuh kepalsuan.

klise, kata yang kurajut seperti angin berhembus
mengulang kata terikat waktu
aku disini tetap terus begini
sampai sang surya terhimpit di peraduan

oktober, mendung di sore hari
fadli a.a

24 Oktober 2010 jam 13:56

Mayoritas begitu

di sana, di atas sana
kenapa kalian terlalu suka membicarakan mereka
oh iya, aku lupa, kalian adalah dewa yang tau dan bisa segalanya

bersua? kalian hanya ingin mengumandangkan derita kita?
mungkin hanya aku yang bukan bagian dari kita

mungkin meludahi muka kalian adalah hal yang menarik bagi ku
kalian pandai bicara tetapi tak bisa mempraktekkan apa yang kalian bicarakan

kalian bicara kejujuran tetapi terus berbohong,
bicara keadilan tetapi terus main hakim sendiri
intinya, meludahi muka mu sendiri

masih ingin mengelak bahwa kalian berbeda dari perkataan saya
saya akan jawab, mayoritas begitu
seperti kata kalian saat ku coba jelaskan tak semua yang di atas itu kotor. .
Mayoritas begitu. . .

oktober, saat dendam tak terbalaskan
fadli a.a

11 Oktober 2010 jam 21:41

tanpa kasta

hey, betapa indahnya mereka??
disana, diatas sana, mereka bergandeng tangan, kadang berpelukan
bukankah itu indah kawan? bukankah kau melihatnya?
mereka berbeda dalam semua, yang satu cacat yang lain punya segalanya
bukankah indah melihat mereka berdua bergandeng, berpelukan, merajut cinta

tak adil? kau bilang ini tak adil?
apa kau kira hanya orang sempurna saja yang boleh menjadi kekasih manusia sempurna lainnya?
apa kau pikir orang cacat hanya layak bersanding dengan sesama orang cacat?

hay kawan ku sang tabir kenyataan
hendaknya Tuhan tlah tunjukkan kebesaranNya, tunjukkan keadilanNya
tak ada yang tak mungkin termasuk kau tabir kenyataan saat berhadapan dengan kuasaNya
kini kita lihat kawan, sepasang insan berbeda kasta bersama dalam cinta

oktober, malam penuh bintang
fadli a.a.

03 Oktober 2010 jam 21:41

cerita sebuah kegagalan

malam ini, disini, di bawah atap langit, diatas alas bumi
aku berfikir dan merasakan, betapa indahnya kegagalan?

aku tak tau, yang ku tau, mereka menganggapku tak mau tau
kegagalan ini menghancurkan hatiku, memporak-porandakan perasaanku
tapi, adakah alasan bagiku tuk bersedih?
kegagalan semacam ini sudah terlalu biasa bagiku

hidupku berawal dari sini, dari kegagalan
"kegagalan awal dari kesuksesan"
"belajarlah dari kegagalan"
semua seperti sampah bagi ku
aku memang tak percaya filsuf

tetes-tetes air turun di atas ku
menyadarkan ku kenapa harus menggerutu?
seharusnya aku bersyukur
aku salah satu manusia yang dapat menikmati kegagalan

oktober, gerimis awal malam
fadli a.a

03 Oktober 2010 jam 19:06